1. Modified Atmosphere Packaging (MAP)
Pengemasan atmosfir
termodifikasi atau Modified Atmosfer
Packaging(MAP) adalah pengemasan produk dengan
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga
konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan hal ini menyebabkan laju respirasi
produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh
enzim, serta memperpanjang umur simpan. MAP ini banyak digunakan dalam
teknologi olah minimal buah-buahan dan sayuran segar serta bahan-bahan pangan
yang siap santap (ready-to eat).
Saat ini MAP telah berkembang dengan sangat pesat, hal ini
didorong oleh kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat menghasilkan kemasan
dengan permeabilitas gas yang luas serta tersedianya adsorber untuk O2,
CO2, etilen, dan air. Ahli-ahli pengemasan sering menganggap bahwa
MAP merupakan satu dari bentuk kemasan aktif, karena banyak metode kemasan
aktif juga memodifikasi komposisi udara di dalam kemasan bahan pangan. Ide
penggunaan kemasan aktif bukanlah hal yang baru, tetapi keuntungan dari segi
mutu dan nilai ekonomi dari teknik ini merupakan perkembangan terbaru dalam
industri kemasan bahan pangan. Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah
tidak mahal (relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan,
mempunyai nilai estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem
distribusi.
Modified atmosphere packaging (MAP) merupakan suatu teknologi pengemasan yang dilakukan pada produk
pangan dengan tujuan agar dapat mempertahankan umur simpan produk pangan
tersebut. MAP umumnya menghalangi pergerakan udara, memungkinkan proses
respirasi normal produk mengurangi kadar oksigen dan meningkatkan kadar karbon
dioksida udara di dalam kemasan. MAP dapat digunakan dalam kontainer pengapalan
dan dalam unit-unit kemasan konsumen. Modifikasi atmosfer dan secara aktif
ditimbulkan dengan membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup (seperti
kantong polietilen yang tidak berventilasi),dan kemudian memasukkan campuran
komposisi atmosfer yang diinginkan yang sudah jadi dari luar. Secara umum,
penurunan konsentrasi oksigen dan peningkatan konsentrasi karbon dioksida akan
bermanfaat terhadap kebanyakan komoditi. Pemilihan film polimerik terbaik untuk
setiap komoditi/kombinasi ukuran kemasan tergantung pada permeabilitas film dan
laju respirasi pada kondisi waktu/suhu yang dinginkan selama penanganan.
Penyerap oksigen, karbon dioksida dan/atau etilen dapat digunakan dalam kemasan
atau kontainer untuk membantu menjaga komposisi atmosfer yang diinginkan.
Jenis plastik yang digunakan
dalam metode pengemas Modified Atmosfer Packaging (MAP) adalah plastik jenis
LDPE (Low Desity Polyethilene), HDPE (High Density lyethilene), PVC (Polyvinylcholride), dan PP(Polypropylene).
A. Pengemasan Aktif
|
kemasan aktif/active packging
|
Pengemasan aktif adalah suatu
konsep inovatif yang mengubah kondisi pengemasan untuk memperlama masa simpan
atau meningkatkan penampakan dan keselamatan produk, dan sekaligus
mempertahankan mutu produk tetap tinggi. Dilihat dari tidak adanya pengendalian
(aktif) komposisi udara di dalam kemasan, pengemasan aktif (active packaging)
tergolong ke dalam MAP.
Istilah lain dari kemasan aktif
(active packaging) adalah smart, interactive, clever atau intelligent
packaging. Defenisi dari kemasan aktif adalah teknik kemasan yang mempunyai
sebuah indikator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif
perubahan produk serta menentukan mutunya. Kemasan akif disebut sebagai kemasan
interaktif karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan
yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah untuk
mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya.
Pengemasan aktif merupakan
kemasan yang mempunyai :
bahan penyerap O2 (oxygen scavangers)
bahan penyerap atau penambah (generator) CO2
ethanol emiters
penyerap etilen
penyerap air
bahan antimikroba
heating/cooling
bahan penyerap (absorber) dan yang dapat mengeluarkan aroma/flavor
pelindung cahaya (photochromic)
Kemasan aktif juga dilengkapi
dengan indikator- indikator yaitu :
time-temperature indicator yang dipasang di permukaan kemasan
indikator O2
indikator CO2
indikator physical shock (kejutan fisik)
indikator kerusakan atau mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan
volatil yang dihasilkan dari reaksi-reaksi kimia, enzimatis
dan/atau kerusakan mikroba pada bahan pangan.
B. Absorber Oksigen
Absorber oksigen umumnya
digunakan untuk menyerap oksigen pada bahan-bahan pangan seperti hamburger,
pasta segar, mie, kentang goreng, daging asap (sliced ham dan sosis), cakes dan
roti dengan umur simpan panjang, produk-produk konfeksionari, kacang-kacangan,
kopi, herba dan rempah-rempah. Penggunaan kantung absorber O2 memberikan
keuntungan khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap oksigen dan
cahaya seperti produk bakery dan pizza, daging ham yang dimasak dimana
pertumbuhan jamur dan perubahan warna merupakan masalah utamanya.
Keuntungan penggunaan absorber
oksigen sama dengan keuntungan dari MAP yaitu dapat mengurangi konsentrasi
oksigen pada level yang sangat rendah (ultra-low level), suatu hal yang tidak
mungkin diperoleh pada kemasan gas komersial. Konsentrasi oksigen yang tinggi
di dalam kemasan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, menurunkan
nilai gizi bahan pangan, menurunkan nilai sensori (flavor dan warna) serta
mempercepat reaksi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan pada bahan pangan
berlemak.
Bahan penyerap oksigen secara
aktif akan menurunkan konsentrasi oksigen di dalam head-space kemasan hingga
0.01%, mencegah terjadinya proses oksidasi, perubahan warna dan pertumbuhan
mikrooorganisme. Jika kapasitas absorber mencukupi, maka absorber juga dapat
menyerap oksigen yang masuk ke dalam head-space kemasan melalui lubang-lubang dan
memperpanjang umur simpan bahan yang dikemas.
Keuntungan lain dari penggunaan
absorber oksigen adalah biaya investasinya lebih murah dibandingkan biaya
pengemasan dengan gas. Pada dasarnya untuk pengemasan aktif hanya dibutuhkan
sistem sealing. Keuntungan ini menjadi lebih nyata apabila diterapkan untuk
kemasan bahan pangan berukuran kecil hingga medium, yang biasanya memerlukan
investasi peralatan yang besar. Sebaliknya, kelemahan dari kemasan aktif adalah
kemasan ini visible (sachet atau labelnya terlihat jelas) sedangkan pada
kemasan gas, maka gasnya tidak terlihat.
Absorber oksigen yang tersedia
saat ini pada umumnya berupa bubuk besi (iron powder), dimana 1 gram besi akan
bereaksi dengan 300 ml O2. Kelemahan dari besi sebagai absorber oksigen adalah tidak
dapat melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur pengemasan.
Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan absorber oksigen berupa asam
askorbat atau enzim.
Ukuran penyerap oksigen yang
digunakan tergantung pada jumlah oksigen pada head-space, oksigen yang
terperangkap di dalam bahan pangan (kadar oksigen awal) dan jumlah oksigen yang
akan masuk dari udara di sekitar kemasan selama penyimpanan (laju transmisi
oksigen ke dalam kemasan), suhu penyimpanan, aktivitas air, masa simpan yang diharapkan
dari bahan pangan tersebut. Absorber oksigen lebih efektif jika digunakan pada
kemasan yang bersifat sebagai barrier bagi oksigen, karenajika tidak maka
absorber ini akan cepat menjadi jenuh dan kehilangan kemampuannyauntuk menyerap
oksigen.
Bahan penyerap O2 seperti asam
askorbat, sulfit dan besi dimasukkan ke dalam polimer dengan permeabilitas yang
sesuai untuk air dan oksigen seperti polivinil klorida (PVC) , sedangkan
polietilen dan polipropilen mempunyai permeabilitas yang sangat rendah terhadap
air.
C.Modifikasi komposisi udara
Komposisi dari udara di ruang
penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat bahan segar yang
disimpan. Baik kandungan oksigen, karbon dioksida dan ethylene, saling
mempengaruhi metabolisme komoditi. Komposisi udara secara normal terdiri dari O2 (20%), CO2(0.03%), N2 (78.8%). Dengan melakukan modifikasi atmosphere di sekitar
komoditi tersebut dapat menghasilkan beberapa keuntungan terhadap komoditi
tersebut.
Modifikasi komposisi udara
dilakukan dengan menurunkan kadar oksigen dan atau meningkatkan kandungan
karbon dioksida (CO2). Oksigen dalam udara tidak dapat dihilangkan
sama sekali dari atmosphere, karena adanya oksigen masih diperlukan untuk
menjaga berlangsungnya metabolisme secara normal. Di bawah 1 – 3% oksigen,
banyak komoditi justru mengalami banyak kerusakan. Demikian halnya dengan
konsentrasi CO2. batas toleransi komoditi terhadap gas-gas tersebut
bervariasi. Berbagai jenis kantong plastik yang memiliki bagai derajat
permeabilitas terhadap uap air dan gas, dapat digunakan untuk penyimpanan MA.
Teknik mana sebetulnya telah berkembang sejak tahun 1940. dan kini kantong
plastik dengan beberapa jenis ketebalan, densitas serta permeabilitas dapat
dipilih untuk menjaga susunan komposisi atmosphere disekitar produk yang
dikemas tersebut.
Modified Atmosphere Packaging (MAP)
adalah salah satu cara pengemasan untuk mengatur faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap komoditas yang disimpan agar kesegaran dan warna produk
dapat dipertahankan sampai produk di tangan konsumen. Modified atmosphere
dilakukan dengan mengatur komposisi udara di sekitar bahan yang berbeda dengan
komposisi udara atmosfir. Modifikasi tersebut dapat berupa penurunan persentase
oksigen dari 21% menjadi 0%, penurunan persentase oksigen ini bertujuan untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme aerob dan juga untuk memperlambat proses
oksidasi. Modifikasi ini dilakukan dengan cara menggantikan gas diudara dengan
nitrogen sebagai gas inert (tidak bereaksi) sehingga udara dalam kemasan terdiri
dari 100% gas nitrogen. memperlambat proses oksidasi.
Modifikasi lainnya adalah dengan
cara menggunakan campuran 20% karbon dioksida (CO2) dan 80% gas
nitrogen. Karbon dioksida akan menurunkan pH produk sehingga dapat mencegah
pertumbuhan bakteri, karena kebanyakan bakteri bersifat tidak tahan akan asam
atau pH rendah. Misalnya pada pengemasan daging segar. Modifikasi tersebut
dapat memperpanjang kesegaran produk, akan tetapi tanpa adanya oksigen warna
cerah merah daging kurang dapat dipertahankan. Oleh karena itu digunakan
campuran gas yang terdiri dari 60%-70% gas karbon dioksida, 30%-40% gas
nitrogen, dan 0,3%-0,5% gas CO (CO2 tinggi /CO rendah). Gas CO
akan berikatan dengan Fe dalam senyawa heme dari myoglobin dan membentuk
carboksimioglobin yang berwarna merah cerah globin cincin-tetrapyrrole- Fe2+(CO).
Carboksimioglobin ini lebih tahan terhadap oksidasi dibandingkan
oxymioglobinkarena ikatan antara Fe-CO lebih kuat dibandingkan dengan Fe-O2.
Dengan demikian carboksimioglobin yang berwarna merah cerah dapat bertahan
lebih lama.
MAP ini merupakan rahasia keawetan
daging segar karena memberikan kondisi anaerob sekaligus memberikan warna merah
cerah. Cara ini sudah dipakai secara luas untuk pengemasan produk daging segar
maupun daging olahan serta dapat mempertahankan jumlah hitung mikroba tetap
rendah selama 11 sampai 21 hari lamanya pada suhu penyimpanan optimal 40°C .
Gas CO dalam modified atmosphere packaging dinyatakan aman oleh FDA (Komisi
Eropa Dirjen Perlindungan Kesehatan dan Konsumen). Meskipun
demikian ada satu hal sangat penting yang harus diingat dan dilakukan dengan
cermat dalam praktek modified atmosphere packaging yaitu menjaga suhu
penyimpanan dan saat transport pada 40°C karena peningkatan suhu dapat
menyebabkan perubahan jumlah mikroorganismeyang tumbuh pada daging segar. Untuk
memastikan keamanan produk daging yang dikemas dengan modified atmosphere
packaging, maka sejak penyembelihan, pengepakan dengan modified atmosphere
packaging, distribusi, dan pada tingkat pengecer harus dijaga dan dilakukan
praktek penanganan dan higienitas yang baik. Bila hal ini tidak dilakukan maka
modified atmosphere packaging kemungkinan tidak memberikan hasil seperti yang
telah dijelaskan. Modified atmosphere packaging kemudian dikembangkan lebih
lanjut dengan memodifikasi bahan pengemas yang dipakai. Penambahan ekstrak
rosemary yang dikenal sebagai antioksidan kedalam lapisan tipis polypropylene
dapat mempertahankan potongan steak daging sapi tetap merah cerah dan segar
sampai sekitar 14 hari pada suhu lemari dingin seperti di supermarket
supermarket. Dapat pula dilakukan penambahan bacteriosin, enzim
laktoperoksidase, atau ekstrak herbal kedalam “edible film” seperti alginate.
Pelapis alginate dikembangkan untuk memenuhi permintaan konsumen yang
menginginkan produk alami. Pengembangan bahan pengemas lainnya adalah
menggunakan teknologi partikel nano dimana ketebalan bahan pengemas dibentuk
dalam ukuran nanometer swhingga menurunkan permeabilitas gas, meningkatkan
kekeuatan pengemas, dan lebih ringan. Koekstruksi ethylene-co-acrylyc acid
(EAA) dengan polyethylene oxide (PEO) menghasilkan komposit dimana didalamnya
terbentuk lapisan tunggal kristal PEO dengan ketebalan 20 nm yang dapat menurunkan
permeabilitas gas sampai 100 kali. Pelapisan PEO yang mengandung perak (Ag)
pada plastic PE dapat menghambat pertumbuhan Alicylobacillus acidoterrestris
yang umumnya tumbuh pada produk pangan berasam rendah.
1. Control Atmosphere Packaging (CAP)
Control atmosphere packaging (CAP) merupakan salah satu jenis dari kemasan aktif.
Kemasan aktif merupakan kemasan interaktif karena adanya interaksi aktif dari
bahan kemasan dengan bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau
interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa
simpannya.
Control atmosphere packaging adalah proses pengemasan dengan menghilangkan oksigen
sesempurna mungkin dari proses vakum kemudian menggantikan dengan nitrogen atau
karbondioksida. Metode CAP ini banyak diaplikasikan pada produk buah dan sayur
segar. Tujuan khusus dari CAP ini adalah mengeluarkan oksigen hingga level 1%
atau kurang, hasil pengepakan tergantung dari pemeabilitas pengepak dan jumlah
residual oksigen dalam buah dan sayur.
Bahan pengemas aktif memiliki sifat antara lain:
Bahan penyerap O2 (oxygen
scavangers)
Bahan penyerap
atau penambah (generator) CO2
ethanol
emiters
Penyerap etilen
Penyerap air
Bahan antimikroba
Heating/cooling
Bahan penyerap (absorber)
dan yang dapat mengeluarkan aroma atau flavor
Pelindung cahaya
(photochromic)
Dalam kemasan aktif dilengkapi
dengan indikator- indikator yaitu :
Time-temperature
indicator yang dipasang di permukaan kemasan
Indikator O2
Indikator CO2
Indikator physical shock (kejutan fisik)
Indikator kerusakan atau mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan
volatil yang dihasilkan dari reaksi-reaksi kimia, enzimatis dan/atau kerusakan
mikroba pada bahan pangan.
Fungsi kemasan atau ruang
penyimpanan control atmosfer diharapkan mampu:
Integritas dan mencegah secara aktif kerusakan produk
(memperpanjang umur simpan).
Atribut produk (misalnya penampilan, rasa, flavor, aroma dan
lain-lain).
Memberikan respon secara aktif terhadap perubahan produk atau
lingkungan kemasan.
Mengkomunikasikan informasi produk, riwayat produk (product
history) atau kondisi untuk penggunanya.
Memudahkan dalam membuka.
Menurut Kader dan Morris
(1997), metode pengemasan CAP banyak diaplikasikan pada produk dan buah segar,
yang dilengkapi dengan absorben oksigen, absorben etilen, absorben air dan uap
air.
Absorben oksigen
Absorber oksigen umumnya
digunakan untuk menyerap oksigen pada bahan-bahan pangan seperti hamburger, pasta segar, mie, kentang goreng, daging
asap (sliced ham dan sosis), cakes dan roti dengan umur simpan panjang,
produk-produk konfeksionari, kacang-kacangan, kopi, herba dan rempah-rempah.
Keuntungan penggunaan absorber oksigen yaitu dapat mengurangi konsentrasi
oksigen pada level yang sangat rendah (ultra-low level).
Konsentrasi oksigen yang tinggi
di dalam kemasan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, menurunkan
nilai gizi bahan pangan, menurunkan nilai sensori (flavor dan warna) serta
mempercepat reaksi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan pada bahan pangan
berlemak. Bahan penyerap oksigen secara aktif akan menurunkan konsentrasi
oksigen di dalam headspace kemasan hingga 0.01%, mencegah terjadinya proses oksidasi,
perubahan warna dan pertumbuhan mikrooorganisme.
Bahan penyerap O2 seperti asam
askorbat, sulfit dan besi dimasukkan ke dalam polimer dengan permeabilitas yang
sesuai untuk air dan oksigen seperti polivinil klorida (PVC).
Absorben etilen
Adanya etilen dapat memberikan
pengaruh yang negatif terhadap produk segar, karena etilen akan mempercepat
proses pematangan pada produk seperti pisang dan tomat, sehingga produk menjadi
cepat busuk. Penyerap etilen yang dapat digunakan adalah potasium permanganat
(KmnO4) dan karbon aktif yang dimasukkan ke dalam sachet. Permanganat akan
mengoksidasi etilen membentuk etanol dan asetat.
Jenis penyerap etilen lainnya
antara lain adalah, penyerap berbentuk katalis logam sepertipallaidum yang dijerapkan pada karbon aktif. Mineral –mineral yang mempunyai kemampuan menyerap etilen seperti
zeolit dan tanah liat kombinasi tetrazine yang bersifat hidrofilik dengan
polimer PE yang bersifat hidrofobik dapat menurunkan konsentrasi etilen selama
48 jam. Tetrazine akan berubah warnanya jika sudah jenuh dengan etilen,
sehingga dapat digunakan sebagai indikator.
Absorben air dan uap air
Lapisan absorber untuk uap air
(Drip-absorber pad) biasanya
digunakan untuk pengemasan daging
dan ayam, terdiri dari granula-granula polimer superabsorbent di antara dua
lapisan polimer mikroporous atau non-woven
yang bagian pinggirnya dikelim.Polimer yang sering digunakan
untuk menyerap air adalah garam poliakrilat dan kopolimer dari pati. Polimer
superabsorben ini dapat menyerap 100-500 kali dari beratnya sendiri.
Menurut Coles, et al (2003), jenis bahan pengemas
aktif yang biasa digunakan untuk metode pengemasan CAP adalah,
a) Bahan
Kemasan Yang dapat Menyerap Oksigen
Absorber oksigen sebagai bagian dari kemasan, dengan cara
mengintegrasikan absorber oksigen dengan film polimer, adhesif, tinta atau
bahan pelapis (coating). Absorber oksigen yang dapat dicampur dengan film polimer adalah
sulpit logam, asam asakorbat dan besi. Penggunaan sebuah permukaan reaktor
enzim yang terdiri dari campuran enzim enzim glukosa oksidase dan katalase juga
merupakan cara lain untuk mengatur konsentrasi O2 di dalam kemasan pangan.
Enzim mudah dilekatkan pada permukaan poliolefin seperti PE dan PP karena kedua
kemasan ini merupakan substrat yang baik untuk imobilisasi enzim.
b) Bahan Kemasan
dengan Antioksidan
Di dalam kemasan, antioksidan berfungsi sebagai barrier bagi difusi O2 serta mentransfernya
ke produk yang dikemas untuk mecegah reaksi oksidasi. Vitamin E dapat
digunakan sebagai antioksidan, serta dapat dimigrasikan ke bahan pangan.
Pelepasan vitamin E dari kemasan ke bahan pangan dapat menggantikan antioksidan
sintesis.
c) Bahan
Kemasan Enzimatis
Enzim yang dapat merubah produk secara biokimia dapat digabung
dengan bahan kemasan. Penambahan enzim kolestterol reduktase ke dalam susu akan
mengurangi resiko kelebihan kolesterol. Penambahan enzim laktase pada bahan
kemasan susu dapat mengurangi kandungan laktosa pada susu yang dikemasnya.
d) Antimikroba
Di Dalam Bahan Kemasan
Antimikroba yang dicampur atau diberikan pada permukaan bahan
pangan dan juga dilakukan dengan cara mencampurnya ke dalam bahan kemasan yang
kemudian dalam jumlah kecil akan bermigrasi ke dalam bahan pangan. Bahan yang
mempunyai pengaruh antimikroba, misalnya nisin yang diproduksi oleh Lactococcus actis, asam organik, ester dan sorbat,
serta bahan kemasan yang mengandung kitosan, allilisotiosianatt . Bahan-bahan lain yang dapat digunakan sebagai antimikroba adalah
etanol dan alkohol lain, asam organik, garam (sorbat, benzoat, propionat),
bakteriosin dan lain-lain.
Menurut Kader dan Morris
(1997), untuk meningkatkan masa simpan produk segar, dilakukan pengontrolan
komposisi udara yang terdapat didalam kemasan. Dimana komposisi udara dalam
kondisi udara normal adalah Nitrogen (N2) 78,08% (v/v), Oksigen (O2)
20,96%, Karbon dioksida (CO2) 0,03%, gas inert dan uap air. Masing-masing
gas tersebut memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap produk dalam
kemasan. Berikut efek gas tersebut dalam kemasan produk segar.
a) Gas CO2
Sifat gas CO2 yang mampu menimbulkan kerusakan bahan pangan segar, memproduksi
asam karbonat (H2CO3) yang meningkatkan keasaman larutan dan mengurangi Ph,
Kelarutan CO2 meningkat dengan penurunan
suhu, CO2 yang tinggi dapat menyebabkan
kemasan collapse. Pengaruh CO2 terhadap pertumbuhan
mikroorganisme CO2 efektif menghambat pertumbuhan
psychrotrophs, dan berpotensi memperpanjang umur simpan pangan disimpan pada
suhu rendah. Pada umumnya CO2 menaikkan fase lag dan waktu
generasi mikroorganisme. Lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri gram
negatif untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri dan jamur, diperlukan CO2 minimum 20%.
b) Gas O2
Dapat memicu beberapa reaksi penyebab kerusakan pangan (oksidasi
lemak, reaksi pencoklatan, dan oksidasi pigmen).
c) Gas N2
Sifat gas N2 yang mampu menimbulkan kerusakan bahan pangan segar,tidak
mendukung pertumbuhan mikrobia aerobik, tetapi tidak mencegah pertumbuhan
bakteri anaerobik. Pengaruh N2 terhadap pertumbuhan mikroorganisme Digunakan
untuk mengusir udara dan khususnya O2 dari CAP à pertumbuhan organisme pembusuk aerobic telah dihambat atau
dihentikan. Juga dipakai untuk menyeimbangkan tekanan gas didalam kemasan serta
untuk mencegah kemasan collapse.
Metode pengemasan CAP untuk buah dan sayur segar, kondisi udara
yang digunakan adalah 3-8% CO2 ; 2-5% O2 ; 87-95% N2.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2007. Teknologi
Pengemasan Aktif(Online), http://ocw.usu.ac.id/…
pengemasan/thp_407_handout_teknologi_pengemasan_aktif.pdf. Diakses pada 21 Mei
2012.
Anonymous. 2010. Meat
Packaging(Online), http://www.pfmusa.com/packaging_ meats.htm. Diakses pada 21
Mei 2012.
Coles,R., dkk. 2003. Food Packaging Technology. London: CRC Press.
Kader, A.A. and Morris, L.L.
1997. Relative Tolerance of Fruits
and Vegetables to Elevated CO2 and Reduced O2 Levels. Michigan State Univ.Hort Rept
28-260.
Syarief, R., dan Ismayana B.
1989. Modified Atmosphere Packaging(Online),
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13802/F08sum.pdf?.
Diakses pada 21 Mei 2012.